Panduan Lengkap Budidaya Tomat di Kabupaten Garut

Daftar Isi


Kabupaten Garut, Jawa Barat, dikenal sebagai salah satu sentra produksi sayuran, termasuk tomat. Iklim dan kesuburan tanah di Garut sangat mendukung sektor pertanian, menjadikannya lokasi yang potensial untuk budidaya tomat skala besar maupun kecil. Panduan ini dirancang untuk memberikan langkah-langkah komprehensif agar petani dapat mencapai hasil panen yang optimal.

I. Profil Agroklimat dan Lahan di Garut

Garut memiliki ketinggian tempat yang bervariasi, mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung. Sentra produksi tomat umumnya berada di dataran menengah hingga tinggi.

Ketinggian Tempat: Tomat dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi. Di Garut, dataran medium seperti Banyuresmi (ketinggian sekitar 550 m dpl) merupakan lokasi yang terbukti berhasil dalam budidaya tomat hibrida.

Suhu: Suhu ideal untuk pertumbuhan tomat adalah antara 24-28°C.

Kelembaban: Kelembaban relatif yang dibutuhkan sekitar 80%.

Jenis Tanah: Tomat cocok ditanam di berbagai jenis tanah, mulai dari pasir hingga lempung berpasir yang subur, gembur, kaya bahan organik, dan memiliki drainase yang baik. Tanah Latosol, yang banyak ditemukan di Garut, terbukti cocok untuk budidaya tomat. Tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, sehingga genangan air harus dihindari.

pH Tanah: pH tanah yang ideal adalah 5.5 hingga 6.8. Jika pH di bawah 5.5, diperlukan pengaplikasian kapur pertanian atau Dolomit.

II. Persiapan Budidaya

1. Pemilihan Varietas Tomat

Pemilihan varietas harus disesuaikan dengan kondisi agroklimat lokal dan permintaan pasar. Petani di Garut umumnya menanam varietas tomat hibrida (F1) dan varietas open-pollinated (OP).

Varietas Populer di Garut: Beberapa varietas hibrida yang terbukti memberikan hasil tinggi di dataran medium Garut (sekitar 550 m dpl) antara lain Marta, IVEGRI 06-05, Idola, dan Spirit.

Karakteristik Umum Varietas Unggul: Cari varietas yang memiliki ketahanan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum) yang sering menjadi masalah, serta memiliki daya simpan buah yang lama (contoh: varietas Marta memiliki daya simpan hingga 24 hari).

2. Persiapan Benih dan Persemaian

Kebutuhan benih rata-rata 100 s.d 150 g/hektar.

Perlakuan Benih: Rendam benih dalam air hangat (sekitar 50°C) atau larutan fungisida (misalnya Propamokarb Hidroklorida 1 ml/l) selama 21​ jam untuk sterilisasi.

Media Semai: Gunakan bedengan persemaian dengan media campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (perbandingan 1:1) yang telah disterilkan.

Penyemaian: Sebarkan benih secara merata, lalu tutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Persemaian harus ditutup dengan kasa (jaring) untuk menghindari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Pemindahan Bibit: Setelah berumur 7-8 hari (muncul 2 daun sejati), bibit dipindahkan ke dalam wadah (misalnya bumbungan daun pisang atau pot plastik) dengan media yang sama.

Penanaman di Lapangan: Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah berumur ± 3 minggu atau memiliki 4-5 daun sejati.

3. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan

Rotasi Tanaman: Hindari lahan bekas tanaman terung-terungan (Solanaceae) untuk memutus siklus penyakit.

Pembersihan Lahan: Kumpulkan dan kubur sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Pengapuran: Jika pH tanah kurang dari 5.5, aplikasikan kapur pertanian atau Dolomit (sekitar 1.5 ton/Ha) 3-4 minggu sebelum tanam.

Pembuatan Bedengan: Buat bedengan dengan tinggi 30-40 cm dan lebar 100-120 cm. Saluran air/drainase harus dibuat di antara bedengan.

Pupuk Dasar: Berikan pupuk kandang sapi atau kuda (30 ton/Ha atau ± 1 kg/lubang tanam) secara merata di atas bedengan. Beberapa petani di Garut juga menggunakan pupuk kotoran ayam yang disebarkan merata. Pupuk dasar ini kemudian dicampur dengan tanah bedengan.

Aplikasi Asam Humat: Setelah pupuk dasar, lakukan penyiraman bedengan dengan larutan asam humat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan daya serap air, terutama saat musim kemarau.

4. Pemasangan Mulsa

Penggunaan mulsa sangat dianjurkan untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah, dan mengurangi risiko penyakit.

Mulsa Jerami: Setebal 5 cm (10 ton/Ha), diberikan dua minggu setelah tanam (cocok untuk musim kemarau).

Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP): Paling umum digunakan, baik untuk musim kemarau maupun musim hujan. MPHP dipasang setelah pemberian pupuk dasar dan pembasahan bedengan, lalu dibuat lubang tanam sesuai jarak tanam.

5. Penanaman

Jarak Tanam: Atur jarak tanam agar diperoleh populasi optimal 25.000 s.d 40.000 tanaman per hektar. Jarak yang umum digunakan:

Jarak antar barisan: 60 s.d 80 cm

Jarak dalam barisan: 40 s.d 50 cm

Contoh: 60 cm×50 cm atau 80 cm×40 cm.

Waktu Tanam: Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau saat cuaca tidak terlalu panas.

III. Pemeliharaan dan Perawatan

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara teratur, terutama pada fase awal pertumbuhan dan saat musim kemarau. Pastikan tanah tetap lembab namun tidak tergenang.

2. Pemupukan Susulan (Top Dressing)

Pemupukan susulan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama fase vegetatif dan generatif. Pemberian pupuk harus tepat dan berimbang.

Fase Vegetatif (Pertumbuhan Awal): Fokus pada unsur Nitrogen (N) dan Fosfor (P) untuk merangsang pertumbuhan akar dan daun.

Aplikasi spray (semprot) dengan pupuk yang kaya Phospat dan Magnesium dapat membantu pertumbuhan daun yang maksimal. Dilakukan 3 kali dengan interval seminggu sekali.

Fase Generatif (Pembungaan dan Pembuahan): Tingkatkan unsur Kalium (K) untuk kualitas dan kuantitas buah. Penggunaan NPK berimbang sangat dianjurkan, disesuaikan dengan rekomendasi perusahaan pupuk atau dinas pertanian setempat.

3. Pengendalian OPT (Hama dan Penyakit)

Tomat rentan terhadap berbagai penyakit, terutama layu bakteri dan virus.

Pencegahan: Lakukan rotasi tanaman, gunakan bibit sehat, dan terapkan sanitasi lahan yang ketat.

Pengendalian: Lakukan pemantauan rutin. Gunakan pestisida secara bijak (sesuai dosis dan jenis hama/penyakit yang menyerang). Beberapa petani sukses di Garut berbagi tips dan rahasia penggunaan produk tertentu untuk mengoptimalkan hasil.

4. Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan: Lakukan penyiangan gulma secara rutin. Penggunaan MPHP sangat membantu mengurangi frekuensi penyiangan.

Pembubunan: Lakukan pembubunan (penimbunan tanah di sekitar batang) untuk memperkuat perakaran.

5. Pemasangan Ajir (Penyangga)

Tomat memerlukan penyangga agar tidak rebah dan buah tidak menyentuh tanah. Ajir dipasang sedini mungkin (sekitar 1-2 minggu setelah tanam). Gunakan ajir dari bambu atau kayu.

6. Pemangkasan (Pruning)

Lakukan pemangkasan tunas air (tunas yang tumbuh di ketiak daun) agar nutrisi fokus pada batang utama dan pembentukan buah.

IV. Panen

Umur Panen: Tergantung varietas, tomat umumnya mulai panen sekitar 55-70 Hari Setelah Tanam (HST). Tomat varietas Mirah panen 55-59 HST, sedangkan Permata F1 sekitar 60-70 HST.

Cara Panen: Panen dilakukan saat buah mencapai tingkat kematangan yang diinginkan (tergantung tujuan pasar, apakah untuk dikonsumsi segar atau industri). Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau gunting, tidak ditarik paksa.

Pasca Panen: Sortasi buah berdasarkan ukuran dan kualitas, lalu kemas dengan baik untuk dikirim ke pasar. Petani di sentra Garut menjual hasil panennya ke pasar lokal maupun luar pulau.

V. Tantangan dan Peluang di Garut

Tantangan: Fluktuasi harga yang ekstrem sering dialami petani Garut, bahkan menyebabkan petani membuang hasil panen ketika harga anjlok (di bawah Rp1.000/kg).

Peluang: Peningkatan permintaan pasar, baik lokal maupun industri, mendorong perlunya manajemen kapasitas produksi yang lebih terkoordinasi antara petani dengan stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan posisi tawar petani.