Kecamatan Leles: Gerbang Garut dengan Pesona Alam dan Sejarah yang Kaya

Daftar Isi


Kecamatan Leles merupakan salah satu gerbang penting menuju Kabupaten Garut dari arah Bandung. Berjarak sekitar 13 km dari ibu kota Garut, Leles tidak hanya dikenal karena lokasinya yang strategis di jalur utama Nagreg–Garut, tetapi juga karena memiliki perpaduan unik antara dataran, punggung bukit, dan peninggalan sejarah yang memukau. Ciri khas utama wilayah ini adalah keberadaan Situ dan Candi Cangkuang, sebuah situs sejarah dan budaya yang menjadi magnet pariwisata.

Letak, Batas, dan Geografi

Secara geografis, Kecamatan Leles memiliki luas wilayah sekitar 6.524,502 hektar, membentang di ketinggian antara 700 hingga 1.120 meter di atas permukaan laut (mdpl). Mayoritas topografi Leles didominasi oleh pegunungan dan perbukitan di timur laut kaki Gunung Guntur, namun juga mencakup daerah dataran. Berada di iklim tropis, suhu udara rata-rata berkisar antara 25C hingga 32c

Adapun batas wilayah Kecamatan Leles adalah:

Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Kadungora.

Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Leuwigoong.

Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Banyuresmi.

Barat: Berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bandung.

Sejarah Singkat dan Struktur Pemerintahan

Nama Leles dan desa di sekitarnya sudah tercatat sejak masa penjajahan Belanda, bahkan sempat menjadi ibu kota kawedanan. Bukti sejarah ini diperkuat dengan adanya bangunan perkantoran pemerintahan Belanda yang pernah berdiri di pusat kota. Secara administratif, Leles dipimpin oleh seorang Camat dan membawahi 12 desa tanpa kelurahan, di antaranya adalah Desa Leles, Salamnunggal, Ciburial, Haruman, Cangkuang, Margaluyu, Sukarame, Lembang, Kandangmukti, Cipancar, Jangkurang, dan Dano. Struktur pemerintahan ini juga terdiri dari sejumlah Dusun, RW, dan RT yang tersebar di seluruh wilayah.

Data Demografi dan Potensi Ekonomi

Berdasarkan data hingga tahun 2020, jumlah penduduk Kecamatan Leles tercatat sebanyak $\mathbf{88.585}$ jiwa. Mata pencaharian penduduk Leles sangat beragam, namun sektor yang paling dominan dalam struktur perekonomian, termasuk pertanian, industri, dan pariwisata.

Potensi Ekonomi Utama:

Pertanian: Sektor pertanian di Leles sangat penting. Selain tanaman pangan, Leles juga menjadi salah satu daerah penghasil Akarwangi terbesar di Kabupaten Garut, yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diekspor.

Industri dan UMKM: Leles terkenal sebagai pusat industri kecil dan menengah. Terdapat pabrik-pabrik sepatu yang berkembang pesat. Selain itu, UMKM kerajinan juga menonjol, seperti pengrajin bulu unggas (di Desa Cipancar), pengrajin tas (di Desa Lembang, Jangkurang, Dano, Cipancar, dan Kandangmukti), serta pengrajin umbul-umbul/bendera (di Desa Leles).

Fasilitas, Infrastruktur, dan Transportasi

Fasilitas pendidikan di Leles tergolong lengkap, mulai dari puluhan unit Sekolah Dasar (SD), beberapa unit SMP, SMA/SMK, hingga satu unit Perguruan Tinggi swasta. Fasilitas kesehatan dilayani oleh Puskesmas dan praktik dokter serta bidan yang tersebar di desa-desa.

Sebagai wilayah yang dilalui jalur utama penghubung Garut–Bandung, kondisi infrastruktur dan transportasi di Leles cukup memadai. Akses jalan yang baik menjadi nilai strategis, membuat Leles sering menjadi persinggahan dan pusat kegiatan ekonomi regional. Beberapa desa yang dilalui jalan utama menjadi lebih dinamis dalam perkembangan infrastruktur dan perekonomian.

Sosial Budaya, Kuliner, dan Pariwisata

Sosial Budaya dan Tradisi Lokal masyarakat Leles kental dengan budaya Sunda, yang masih memegang teguh tradisi seperti Ngaruat lembur (ritual bersih desa) atau tradisi ziarah, khususnya terkait dengan situs-situs bersejarah.

Kuliner Khas Leles memiliki andil besar dalam kuliner khas Garut. Makanan khas yang sangat identik dengan Leles adalah Burayot, yaitu camilan manis yang terbuat dari tepung beras dan gula merah, dinamakan demikian karena bentuknya yang keriput dan menggantung (ngaburayot dalam bahasa Sunda). Selain itu, Leles juga merupakan lokasi rumah makan yang terkenal menyajikan Nasi Liwet Khas Garut yang menjadi favorit wisatawan.

Tempat Wisata yang sudah tergarap dan menjadi ikon adalah Situ Cangkuang dan Candi Cangkuang, satu-satunya candi Hindu di Jawa Barat. Destinasi ini memadukan wisata sejarah, budaya, dan alam. Potensi wisata lain yang belum tergarap optimal adalah keindahan alam pegunungan dan perbukitan yang dapat dikembangkan sebagai wisata alam, agrowisata perkebunan akarwangi, atau ekowisata berbasis sumber mata air alami.

Tantangan dan Harapan Pengembangan

Kecamatan Leles, meskipun strategis, menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah perlunya menjaga keseimbangan antara perkembangan industri dan pelestarian lingkungan, khususnya di daerah perbukitan yang rentan longsor. Selain itu, sektor pertanian Akarwangi masih mengalami fluktuasi produksi yang perlu diatasi melalui strategi budidaya yang lebih optimal.

Harapan dan Arah Pengembangan Leles ke depan adalah menjadikan wilayah ini sebagai Pusat Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Berbasis Sejarah-Alam di Garut bagian utara. Penguatan sektor UMKM, terutama kerajinan dan kuliner khas Burayot, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, pengembangan infrastruktur pariwisata terintegrasi dengan pelestarian budaya lokal di sekitar Candi Cangkuang dan pemanfaatan potensi mata air alami diharapkan dapat mendorong Leles menjadi destinasi wisata yang lebih holistik dan berkelanjutan.