Kecamatan Cisompet: Jantung Agrobisnis dan Keindahan Curug di Pedalaman Garut Selatan
Kecamatan Cisompet adalah salah satu kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Garut, dikenal sebagai jantung agrobisnis dan pintu gerbang menuju kawasan pesisir. Ciri khas utamanya adalah topografi yang didominasi oleh perbukitan dan lahan perkebunan, menjadikannya wilayah dengan potensi pertanian dan keindahan air terjun (curug) yang melimpah, berbanding terbalik dengan Pameungpeuk atau Cibalong yang lebih menonjolkan wisata pantai.
Letak Geografis dan Sejarah Singkat
Cisompet berjarak sekitar 66 kilometer dari ibu kota Kabupaten Garut (Tarogong Kidul), menjadikannya daerah yang cukup jauh dari pusat pemerintahan, namun berada pada jalur strategis Garut Selatan. Pusat pemerintahannya berada di Desa Cisompet.
Batas-batas wilayahnya meliputi: di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikajang, Cihurip, dan Singajaya; di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pameungpeuk dan Cibalong; di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikelet dan Pakenjeng; dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cihurip, Peundeuy, dan Cibalong. Posisi Cisompet yang dikelilingi oleh banyak kecamatan lain ini menunjukkan perannya sebagai penyangga kawasan.
Secara kondisi geografis, Cisompet memiliki medan yang berbukit dan terjal, yang sangat ideal untuk perkebunan. Ketinggiannya lebih tinggi dibandingkan kecamatan pesisir yang berbatasan dengannya. Iklimnya adalah tropis dengan curah hujan yang mendukung kegiatan pertanian. Secara sejarah singkat, Cisompet merupakan wilayah tua di Garut Selatan, yang beberapa desanya, seperti Desa Panyindangan, sudah terbentuk sejak masa Hindia Belanda sekitar tahun 1920-an. Sebagian sejarah desa juga terkait erat dengan keberadaan Padepokan dan Gunung Nagara di sekitar Sungai Cikaso, seperti yang dikisahkan di Desa Depok.
Pemerintahan dan Demografi
Dalam struktur pemerintahan, Kecamatan Cisompet terdiri dari 11 Desa tanpa ada kelurahan, dengan Desa Cisompet sebagai pusatnya. Kesebelas desa tersebut adalah Cikondang, Neglasari, Depok, Jatisari, Panyindangan, Sukanagara, Sindangsari, Sukamukti, Cisompet, Cihaurkuning, dan Margamulya.
Data demografi mencatat total jumlah penduduk Kecamatan Cisompet pada tahun 2023 mencapai sekitar 56.005 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 286 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduk (sekitar 98,12%) adalah Suku Sunda, yang menuturkan Bahasa Sunda dialek Priangan Timur.
Mata pencaharian utama penduduk sangat didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan, diikuti oleh sektor perdagangan dan agrobisnis lainnya. Jenis komoditas yang dihasilkan meliputi buah-buahan seperti durian dan alpukat, serta tanaman rempah seperti kapol (kapulaga), cengkeh, dan potensi pengembangan kembali coklat (kakao).
Potensi Ekonomi dan Infrastruktur
Potensi ekonomi utama Cisompet adalah agrobisnis. Tanah yang subur dan kontur yang ideal untuk perkebunan menjadikannya produsen komoditas unggulan. Pengembangan komoditas seperti durian, alpukat, dan rempah didorong oleh pemerintah setempat, bahkan dengan melibatkan kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk memanfaatkan lahan secara optimal demi kesejahteraan masyarakat. UMKM di Cisompet sebagian besar berfokus pada pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
Fasilitas pendidikan dan kesehatan cukup memadai, dengan keberadaan Puskesmas Cisompet yang telah berdiri sejak tahun 1978 dan menjadi sarana kesehatan terdepan di kecamatan tersebut. Fasilitas sekolah dasar dan menengah tersebar di desa-desa, seperti yang terbukti dari sejarah Desa Neglasari yang pada awal pembentukannya telah memiliki beberapa sekolah dasar.
Kondisi infrastruktur dan transportasi di Cisompet masih menghadapi tantangan. Meskipun tidak terlalu jauh dari Jalan Lintas Selatan (JLS), akses ke beberapa desa pedalaman, seperti Desa Margamulya, sering kali memiliki kondisi jalan yang terjal dan rusak khas daerah perkebunan, yang dapat menghambat mobilitas warga dan pengembangan pariwisata.
Sosial Budaya dan Pariwisata
Sosial budaya dan tradisi lokal di Cisompet sangat kental dengan nilai-nilai agraris dan religius. Bahasa Sunda menjadi bahasa ibu dan komunikasi sehari-hari.
Cisompet menawarkan potensi wisata alam yang luar biasa, didominasi oleh keindahan air terjun (curug) dan sungai. Beberapa tempat wisata yang sudah dikenal dan tengah dikembangkan antara lain:
* Curug Jagapati, Curug Neglasari, dan Curug Jatisari: Serangkaian air terjun indah yang tersebar di beberapa desa.
* Sungai Cisanggiri: Kawasan yang kini tengah dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Garut dan swasta sebagai destinasi wisata unggulan dan eksklusif. Konsep pengembangannya memadukan wisata alam dengan agrowisata (kebun durian, alpukat, kelapa), menjadikannya alternatif menarik yang hanya berjarak sekitar 15 km dari JLS.
* Leuwi Taruna Lembah Hijau: Lembah indah di Kampung Citamiang, Desa Cikondang, yang menunjukkan potensi ekowisata pedesaan yang sejuk.
Tantangan dan Harapan Pengembangan
Permasalahan atau tantangan utama yang dihadapi Cisompet adalah kondisi infrastruktur jalan di wilayah pedalaman dan perkebunan yang memerlukan perbaikan serius untuk membuka akses ekonomi dan pariwisata. Selain itu, diperlukan upaya untuk memastikan kemitraan dengan PTPN benar-benar memberikan manfaat nyata dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat lokal, yang sebagian besar adalah petani.
Harapan atau arah pengembangan ke depannya adalah menjadikan Cisompet sebagai "Lembah Agrowisata Curug" Garut Selatan. Arah pengembangan ini berfokus pada: peningkatan infrastruktur untuk akses wisata alam, pengembangan agrowisata berbasis komoditas unggulan (durian, alpukat, rempah) di sekitar Sungai Cisanggiri, dan peningkatan kesejahteraan petani melalui skema kemitraan yang adil.
.
