Kecamatan Banyuresmi, Sentra Wisata Legenda dan Kampung Maestro Cukur di Garut
Kecamatan Banyuresmi adalah salah satu wilayah yang paling dikenal di Kabupaten Garut, Jawa Barat, berkat keberadaan ikon pariwisata legendarisnya, Situ Bagendit. Terletak sekitar 13 kilometer di timur laut pusat kota Garut, Banyuresmi merupakan daerah yang kaya akan potensi pertanian subur, sejarah panjang, serta memiliki ciri khas sosial-ekonomi yang unik sebagai "Kampung Tukang Cukur" andal di Indonesia.
Letak, Batas Wilayah, dan Kondisi Geografis
Secara geografis, Banyuresmi sebagian besar berada di daerah dataran rendah yang dialiri banyak air, menjadikannya lumbung padi bagi Kabupaten Garut. Kondisi tanahnya didominasi oleh tanah Podsolik yang subur, sangat cocok untuk persawahan. Secara administratif, Banyuresmi berbatasan dengan Kecamatan Karangpawitan di sebelah barat, Kecamatan Leuwigoong di timur, dan berbatasan dengan beberapa kecamatan lain di utara dan selatan. Pusat pemerintahannya berada di Desa Bagendit. Iklimnya adalah tropis basah dengan suhu yang nyaman, mendukung aktivitas agraris sepanjang tahun.
Sejarah Singkat dan Ciri Khas Unik
Sejarah Banyuresmi sangat erat kaitannya dengan dua hal: legenda dan migrasi. Nama kecamatan ini sudah dikenal sejak masa kolonial, dan beberapa desa, seperti Desa Cimareme, tercatat dalam narasi sejarah perlawanan lokal.
Ciri khas Banyuresmi yang paling menonjol adalah Desa Bagendit sebagai lokasi Situ Bagendit, danau alam yang melegenda dengan kisah Nyi Endit, yang kini telah direvitalisasi menjadi destinasi wisata modern. Namun, ciri khas lain yang unik dan melekat pada identitas sosial-ekonomi Banyuresmi adalah sebutan sebagai Kampung Tukang Cukur. Tradisi merantau dan berprofesi sebagai tukang cukur oleh para pemuda setempat telah berlangsung secara turun-temurun sejak era pergolakan DI/TII (sekitar tahun 1937 dan pasca 1940-an), di mana mereka mencari penghidupan di berbagai kota besar, bahkan menghasilkan maestro-maestro pencukur rambut yang dikenal seantero negeri.
Struktur Pemerintahan, Demografi, dan Mata Pencaharian
Secara struktural, Kecamatan Banyuresmi dipimpin oleh seorang Camat dan membawahi 15 Desa. Jumlah penduduk Banyuresmi cukup padat, dengan angka populasi yang mencapai puluhan ribu jiwa.
Data demografi menunjukkan bahwa meskipun banyak penduduk prianya memiliki tradisi merantau sebagai tukang cukur, mata pencaharian utama warga yang tinggal di desa-desa tetap didominasi oleh sektor pertanian dan perikanan darat. Dominasi pertanian tercermin dari produktivitas padi yang tinggi. Selain itu, potensi perikanan darat sangat baik, didukung oleh keberadaan situ dan sumber daya air yang melimpah, di mana budidaya ikan menjadi salah satu sumber ekonomi penting. Inovasi juga mulai muncul, seperti ternak maggot yang dikembangkan BUMDesa, memberikan solusi berkelanjutan untuk peternakan.
Potensi Ekonomi, Infrastruktur, dan Fasilitas
Potensi ekonomi utama Banyuresmi bertumpu pada Pariwisata (Situ Bagendit), Pertanian Padi, dan Keahlian Jasa (Barbershop/Cukur). Pertanian di sini merupakan sektor basis yang sangat dominan. Sementara itu, di tingkat UMKM, beberapa desa juga mengembangkan usaha di bidang percetakan dan pengolahan hasil pertanian.
Infrastruktur dan transportasi di Banyuresmi tergolong baik dan mudah diakses karena berdekatan dengan pusat kabupaten dan berada di jalur yang ramai. Fasilitas pendidikan, mulai dari SD hingga SLTA, tersedia untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat. Pelayanan kesehatan juga memadai dengan adanya Puskesmas dan fasilitas kesehatan pembantu lainnya.
Sosial Budaya, Kesenian, dan Pariwisata
Kekayaan sosial budaya Banyuresmi sangat dipengaruhi oleh tradisi agraris dan lingkungan alamnya, terutama Situ Bagendit. Legenda Nyi Endit diabadikan dalam cerita lisan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas lokal. Selain legenda, adanya fenomena "Kampung Tukang Cukur" telah menciptakan sebuah tradisi keahlian yang unik, di mana keterampilan mencukur menjadi warisan turun temurun.
Pariwisata di Banyuresmi didominasi oleh Situ Bagendit yang menawarkan pemandangan indah dan fasilitas rekreasi air modern, menarik wisatawan domestik dan luar daerah. Namun, di luar ikon utama, terdapat juga potensi wisata lain yang belum tergarap optimal, seperti Situ Rancakukuk yang memiliki pemandangan alam cantik dan sumber daya air, serta Mata Air Cigede Cibuyutan di Desa Sukakarya yang dikenal dengan airnya yang jernih dan asri, ideal untuk rekreasi dan memancing. Selain itu, terdapat situs sejarah berupa peninggalan megalitikum Situs Pasir Lulumpang di Desa Cimareme.
Tantangan dan Arah Pengembangan
Salah satu tantangan terbesar Banyuresmi adalah perlunya keseimbangan dalam pengembangan infrastruktur pariwisata agar tidak mengorbankan lahan pertanian produktif yang merupakan tulang punggung ekonomi. Selain itu, diperlukan upaya untuk merevitalisasi potensi wisata yang belum tergarap seperti Situ Rancakukuk dan Mata Air Cigede Cibuyutan agar dapat mengurangi beban pengunjung di Situ Bagendit.
Harapan ke depan bagi Banyuresmi adalah mengembangkan ekonomi kreatif berbasis keahlian lokal, yakni dengan memfasilitasi dan mempromosikan profesi tukang cukur Garut secara lebih terorganisir. Di sektor pariwisata, pengembangan harus berfokus pada wisata alam dan budaya berbasis komunitas, memastikan bahwa pertumbuhan sektor ini memberikan manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat lokal sekaligus melestarikan lingkungan Situ Bagendit dan kekayaan agrarisnya.
