Cara Menghadapi Hujan, Kabut Tebal, dan Hipotermia Saat Mendaki

Daftar Isi


 Gunung adalah tempat yang penuh kejutan. Cuaca bisa berubah drastis dalam hitungan menit — dari cerah ke hujan, dari hangat ke menusuk tulang. Bagi pendaki, memahami cara menghadapi cuaca ekstrem adalah bagian penting dari keselamatan di gunung.

Saat hujan turun, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah tetap tenang. Jangan panik dan jangan buru-buru berteduh di sembarang tempat. Gunakan jas hujan ponco yang menutupi carrier, bukan jas hujan potongan dua. Pastikan semua barang penting seperti pakaian dan sleeping bag dibungkus plastik dari rumah, karena sekali basah, barang-barang itu sulit dikeringkan.

Jika kabut tebal datang, segera kurangi kecepatan jalan dan perkuat komunikasi dengan teman se-tim. Jangan berjalan sendirian atau terlalu jauh dari rombongan. Gunakan headlamp meski masih siang jika jarak pandang sudah kurang dari 10 meter. Biasanya kabut tebal muncul di siang menjelang sore, terutama di ketinggian tertentu.

Hipotermia adalah ancaman nyata yang sering diremehkan pendaki. Gejalanya bisa dimulai dari menggigil, bicara terbata, hingga kehilangan kesadaran. Saat seseorang mulai menggigil tanpa henti, segera cari tempat berteduh dan ganti pakaian basahnya dengan yang kering. Selimuti tubuh dengan sleeping bag, berikan minuman hangat, dan jangan biarkan dia tertidur sendirian.

Mendaki bukan tentang melawan alam, tapi beradaptasi dengannya. Siapkan perlengkapan anti air, pakaian lapis berlapis (layering system), dan selalu waspada terhadap tanda-tanda cuaca ekstrem. Di gunung, keselamatan selalu lebih penting daripada ego untuk mencapai puncak.

Baca Juga Hal-hal Yang harus dihindari saat melakukan pendakian ke gunung