Panduan Lengkap Cara Budidaya Cabai di Kabupaten Garut

Daftar Isi


Kabupaten Garut dikenal sebagai salah satu sentra produksi cabai terbesar di Jawa Barat. Hampir di setiap kecamatan dataran tinggi maupun dataran menengah seperti Bayongbong, Cilawu, Kadungora, Malangbong, hingga Pameungpeuk, para petani menanam cabai sebagai tanaman utama atau tumpangsari. Iklim Garut yang sejuk dengan curah hujan cukup tinggi sangat cocok untuk budidaya cabai, asal teknik yang digunakan tepat.

Sebelum membahas cara budidaya, penting untuk mengetahui jenis-jenis cabai yang paling banyak ditanam petani Garut:

Jenis-Jenis Cabai yang Umum Ditanam di Garut

Cabai Rawit (Cengek)

Cabai kecil dengan rasa sangat pedas. Banyak ditanam di daerah Garut bagian selatan dan sebagian Cikajang. Keunggulannya tahan hujan, perawatannya mudah, dan masa panennya lebih panjang.

Cabai Merah Keriting

Bentuknya panjang melintir. Ini jenis yang paling banyak ditanam petani Garut karena harga pasar stabil dan permintaan tinggi dari pasar Bandung dan Jabodetabek.

Cabai Merah Besar (TW / Kopay)

Ukurannya lebih besar, biasa digunakan untuk sambal atau masakan tumisan. Kurang tahan penyakit bila musim lembap, tetapi harga jualnya lebih tinggi bila masuk ke pasar hotel dan restoran.

Cabai Hibrida F1

Biasanya digunakan oleh petani skala besar karena produksinya sangat tinggi. Namun harga benihnya mahal dan harus dibeli dari pabrikan setiap musim tanam.

Semua jenis cabai tersebut bisa ditanam dengan metode yang hampir sama. Yang membedakan hanya jarak tanam, daya tahan terhadap penyakit, dan frekuensi panen.

Panduan Lengkap Cara Budidaya Cabai di Garut

1. Pemilihan Lahan

Tanah yang ideal untuk cabai adalah tanah gembur dengan drainase baik. Tanah bekas sawah bisa digunakan asal sudah dikeringkan. Tanah miring khas Garut bagian atas juga bagus, asal dibuat bedengan berundak agar tidak longsor.

pH tanah ideal antara 5,5 sampai 6,5. Bila tanah terlalu asam, bisa ditambah kapur dolomit dua minggu sebelum tanam.

2. Persemaian Bibit

Penyemaian dilakukan di polybag kecil atau tray semai. Media semai harus halus dan bersih, bisa dibuat dari campuran tanah halus dan pupuk kandang matang. Benih ditutup tipis tanah lalu disiram secara rutin. Setelah berusia tiga hingga empat minggu dan memiliki empat sampai lima helai daun, bibit siap ditanam ke lahan.

3. Persiapan Bedengan

Bedengan dibuat dengan lebar satu hingga satu setengah meter dan tinggi sekitar tiga puluh sentimeter. Jarak antar bedengan cukup dua puluh sampai tiga puluh sentimeter sebagai parit drainase. Setelah itu, taburkan pupuk kandang matang secara merata dan tutup dengan tanah. Jika musim hujan, sebaiknya bedengan diberi mulsa plastik perak hitam agar kelembapan stabil dan gulma tidak tumbuh.

4. Penanaman

Bibit cabai ditanam pada pagi atau sore hari. Lubang tanam dilubangi terlebih dahulu mengikuti jarak tanam: sekitar empat puluh kali enam puluh sentimeter untuk cabai rawit, atau lima puluh kali tujuh puluh sentimeter untuk cabai besar dan cabai keriting. Setelah ditanam, siram secukupnya.

5. Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan cabai terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, dan pemasangan ajir (penopang batang). Cabai harus disiram setiap hari saat masih kecil, lalu dikurangi ketika sudah besar.

Pemupukan tambahan bisa dilakukan dengan pupuk kandang cair atau pupuk NPK yang dilarutkan. Semprot pupuk hayati atau mikroba lokal sesekali untuk menjaga tanaman tetap sehat.

Cabai yang tumbuh tinggi perlu dipasang ajir dari bambu agar tidak roboh terkena angin atau hujan.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling sering menyerang cabai di Garut adalah kutu daun, trips, dan lalat buah. Biasanya hama datang saat cuaca lembap. Penyemprotan pestisida nabati dari bawang putih, daun pepaya, atau serai bisa dilakukan sebagai pencegahan. Bila serangan parah, pestisida kimia boleh dipakai namun harus sesuai dosis.

Penyakit utama cabai di Garut adalah layu fusarium dan busuk buah. Tanah yang terlalu basah sering memicu penyakit ini. Karena itu, drainase harus baik dan jangan menyiram berlebihan. Gunakan pupuk organik matang agar jamur baik dalam tanah lebih aktif.

7. Masa Panen

Tanaman cabai mulai bisa dipanen pada usia dua sampai tiga bulan setelah tanam. Cabai rawit biasanya bisa bertahan panen hingga enam bulan lebih, sedangkan cabai besar dan keriting sekitar tiga sampai empat bulan. Pemanenan harus dilakukan secara rutin setiap dua atau tiga hari agar produksi terus keluar.

Penutup

Budidaya cabai di Kabupaten Garut sangat potensial karena didukung iklim dan tanah yang cocok. Namun tingkat keberhasilan sangat ditentukan oleh cara perawatan. Cabai bukan tanaman yang bisa dibiarkan begitu saja. Ia butuh perhatian sejak semai hingga panen. Bila dirawat dengan baik, satu hektar lahan cabai bisa menghasilkan keuntungan puluhan hingga ratusan juta rupiah per musim tanam.

Bagi petani pemula, mulailah dari lahan kecil dan gunakan pupuk organik sebanyak mungkin agar tanah tetap sehat. Jangan takut belajar dari kegagalan karena cabai adalah guru terbaik: semakin sering mencoba, semakin paham ritmenya.